Selamat Datang
Selama berabad-abad belajar dipahami sebagai menghafal sejumlah pengetahuan. Dan pengetahuan itu didapat dari mendengar penjelasan guru dan membaca. Lalu penilaian didapat dari banyaknya informasi yang dimiliki siswa dari mendengar dan membaca tadi.
Hasil riset selama 20 tahun terakhir menemukan bahwa belajar hanya terjadi saat anak berfikir dan mencoba ide baru berdasar pengetahuan sebelumnya.
Hal yang perlu ada pada diri guru :
- Dorongan dan tantangan kuat untuk ( belajar ) mengajar dengan cara baru
- Pemahaman baru tentang belajar/ mengajar
- Pengetahuan terbaru tentang mapel yang diampunya dan tentang anak didik
- Kesanggupan mengelola lingkungan belajar yang kompleks
Agar guru bisa belajar mengajar dengan efektif, guru perlu :
- Meninjau ulang asumsi tentang mengajar dan belajar
- Mengaitkan bahan pelajaran dengan pemahaman siswa sebelumnya dan dengan kehidupan nyata
- Mengevaluasi kegiatan mengajarnya dikaitkan dengan konsep ( materi pelajaran ), praktek, penataan kelas, maupun perbedaan individual siswanya
Untuk menciptakan situasi belajar yang efektif di kelas, Combs (1976) mengatakan bahwa ada tiga karakteristik yang diperlukan :
- Ruang Belajar
- Suasana harus memfasilitasi eksplorasi makna.
- Pembelajar harus merasa aman dan diterima.
- Mereka perlu mengerti tentang risiko dan manfaat mencari pengetahuan dan pemahaman baru.
- Ruang kelas harus menyediakan keterlibatan, interaksi, dan sosialisasi, juga dengan pendekatan bisnis ( berguna untuk bekerja ).
- Peserta Didik
- Peserta didik harus diberikan kesempatan yang sering untuk menghadapi informasi dan pengalaman baru dalam pencarian makna.
- Ini diberikan dengan cara siswa melakukan lebih dari sekedar menerima informasi.
- Siswa diberi kesempatan menghadapi tantangan baru menggunakan pengalaman masa lalu mereka tanpa dominasi seorang guru / pemberi informasi.
- Pengetahuan Baru
- Arti baru harus diperoleh melalui proses penemuan pribadi.
- Metode yang digunakan untuk mendorong penemuan pribadi tersebut harus sangat individual dan disesuaikan dengan gaya dan cara belajar anak.
Savoie dan Hughes (1994), menulis tentang proses yang mereka gunakan untuk merancang Problem-based learning :
- Mengidentifikasi masalah yang cocok untuk siswa.
- Menghubungkan masalah dengan konteks dunia siswa sehingga memberikan peluang otentik.
- Mengatur materi pelajaran berdasarkan masalah.
- Memberi siswa tanggung jawab untuk mendefinisikan pengalaman belajar mereka dan perencanaan untuk pemecahan masalah .
- Mendorong kolaborasi dengan menciptakan tim belajar.
- Mengharapkan semua siswa untuk menunjukkan hasil belajar mereka melalui suatu produk atau kinerja.
Dalam A Different Kind of Classroom (1992), Robert Marzano membuat enam asumsi tentang menciptakan kelas yang berpusat pada belajar :
- Instruksi harus mencerminkan hasil belajar yang terbaik.
- Belajar melibatkan sistem kompleks ;proses interaktif dan dimensi belajar.
- Instruksi berfokus pada hal umum dan tema yang interdisipliner ( cara paling efektif untuk meningkatkan pembelajaran ).
- Kurikulum harus mencakup pengajaran sikap, persepsi dan kebiasaan mental yang menunjang pembelajaran.
- Pendekatan komprehensif untuk instruksi mencakup setidaknya dua jenis instruksi: untuk guru dan untuk siswa.
- Penilaian harus fokus pada penggunaan pengetahuan dan penalaran kompleks, tidak sekedar mengingat informasi tingkat rendah.
William Arthur Ward :
- The mediocre teacher tells.
- Guru biasa biasa saja, mengatakan/ menyampaikan
- The good teacher explains.
- Guru yang baik menjelaskan
- The superior teacher demonstrates.
- Guru superior mendemonstrasikan/ memperagakan/ mempraktekkan
- The great teacher inspires.
- Guru besar mengilhami
Referensi :
- The National Center for Research on Teacher Learning (NCRTL)
http://ncrtl.msu.edu/http/ncrtl.pdf - http://www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/content/cntareas/science/sc3learn.htm
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sertakan email anda saat menulis komentar, agar saya bisa memberi tanggapan langsung kepada anda